Kombinasi dari cuaca buruk dan tertutupnya jalan seiring dengan peningkatan permintaan batubara dari China belakangan ini telah mengakibatkan kepadatan di pelabuhan di Kalimantan dan mengganggu suplai batubara, Reuters melaporkan.

Berita yang mengutip pedagang batubara dan operator kapal itu menyebutkan gangguan tersebut mempengaruhi pelabuhan batubara di sekitar Samarinda di Kalimantan Timur dan Taboneo, dekat ibu kota Kalimantan Selatan, Banjarmasin yang menyebabkan sekitar 130 kapal menunggu antrian di laut.

“Daerah yang paling berperngaruh adalah jalur angkutan batubara sepanjang Sungai Barito ke pelabuhan di pantai seperti Taboneo,” kata seorang pengusaha tongkang dari Kalimantan. Data pengapalan menunjukkan sekitar 30 kapal besar masih menunggu untuk memuat batubara di Taboneo, beberapa di antaranya telah menunggu sekitar enam minggu.

Jumlah kapal yang menunggu memuat batubara di salah satu terminal batubara top dunia ini telah meningkat dari 108 pada minggu lalu dan beberapa kapal telah menunggu sejak akhir Desember.

“Pejabat setempat menunda ijin pengapalan dan ekspor, dan ini yang mengakibatkan kelambatan,” demikian dikutip dari sumber setempat. Sementara itu media lokal melaporkan bahwa jalan pengangkutan batubara di tiga lokasi telah di tutup oleh pemerintah Kalimantan Selatan.

Sumber media mengatakan kelambatan yang terus-menerus ini mulai berdampak pembatalan pengiriman atau pengalihan ke wilayah lain di Indonesia untuk mengatasi penumpukan yang terjadi.

Pergeseran pasokan ke batubara Australia juga dapat mengarah pada kenaikan harga batubara yang diangkut lewat laut dan biaya tiap ton per milnya bagi para pemilik kapal. **

 

Diolah dari http://www.seatrade-maritime.com/news/asia/25236.html?highlight=WyJpbmRvbmVzaWFuIiwiaW5kb25lc2lhbidzIl0=