Kecuali International Maritime Organization (IMO) menghasilkan kemajuan yang berarti dalam strateginya untuk menurunkan CO2 di sektor pelayaran, industri ini bisa jadi rentan terhadap aksi setempat, demikian keyakinan Chairman International Chamber of Shipping (ICS), Esben Poulsson.

Berbicara di Indonesia pada acara World Ocean Summit majalah The Economist, Poulsson khawatir bahwa aksi regional tidak hanya akan muncul dari Uni Eropa—yang mempertimbangkan mengaitkan pelayaran ke Sistem Emisi Perdagangan Uni Eropa—tapi juga dari Canada atau California, yang telah memperkenalkan tarif karbon.

“Kami yakin IMO dapat mengadopsi strategy ambisius pada 2018, menyesuaikan dengan semangat Paris Agreement. Meskipun demikian, IMO perlu menyepakati batasan tahun untuk emisi CO2 tertinggi dari pelayaran, termasuk menetapkan aspirasi serius jangka panjang untuk secara dramatis menurukan total CO2 sektor pelayaran pada pertengahan abad ini,” kata Paulsson.

ICS menekankan bahwa IMO harus mengadopsi tujuan bagi keseluruhan sektor, bukan untuk kapal secara individual, dengan cara yang sama bahwa pemerintah negara-negara telah menyepakati komitmen CO2 untuk ekonomi nasionalnya di bawah Paris Agreement. Seperti dijelaskan, IMO juga perlu menyepakati suatu mekanisme pelaksanaan yang diharapkan ICS dapat diterapkan pada 2023. Jika IMO memutuskan untuk mengembangkan Market Based Measure, ICS mengatakan bahwa preferensi yang jelas dari industri pelayaran adalah dengan retribusi pengisian bahan bakar.

Paulsson menambahkan bahwa setiap tujuan IMO yang cukup ambisius untuk dilakukan oleh industri pelayaran dalam memainkan peranannya mencapai targetperubahan iklim “2 derajat” PBB juga harus realistis.

“Tujuan pengurangan CO2 yang ambisius hanya bisa dicapai dengan bahan bakar alternatif yang sampai sekarang belum ada, meskipun kita sangat yakin itu akan ada dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi,” papar Poulsson.

Ketersedian luas bahan bakar alternatif (seperti hidrogen atau sel bahan bakar) belum bisa diharapkan setidaknya dalam 20 atau 30 tahun. ICS mengatakan CO2 total sektor pelayaran telah berhasil diturunkan hingga lebih dari 10% antara 2007 dan 2012. Tetapi proyeksi terhadap pertumbuhan perdagangan—yang tidak bisa dikontrol oleh pelayaran karena pertumbuhan populasi dan peningkatan standar kehidupan global—menunjukkan bahwa pengurangan dramatis total CO2 sektor pelayaran akan sulit dicapai dalam waktu dekat sampai bahan bakar alternatif tersedia secara luas.

Sementara itu, ICS berpendapat bahwa setiap tujuan pengurangan CO2 yang disepakati IMO juga harus menjawab permasalahan yang sah dan resmi dari negara-negara berkembang mengenai potensi dampaknya pada perdagangan dan perkembangan berkelanjutan. Menurut PBB, 60% perdagangan maritim saat ini melayani negara berkembang. **

 

Diolah dari http://worldmaritimenews.com/archives/213719/ics-shipping-vulnerable-to-regional-action-on-cutting-co2/