Page 33 - Jurnal Teknik BKI Propulsi :Penggerak Informasi Teknik Jasa Klasifikasi Indonesia
P. 33






Penggerak Informasi Teknik Jasa Klasifkasi Indonesia



gelombang yang bekerja secara bersamaan (IMO, 2002)
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.

Luasan “b” pada Gambar 1 adalah energi momen pengembali
sedangan luasan a adalah energi momen oleng akibat angin
dan gelombang. Dengan demikian maka kriteria cuaca dapat
akan terpenuhi jika b/a lebih besar atau sama dengan satu. lw1
pada Gambar 1 adalah lengan pengganggu yang ditimbulkan
angin dengan kecepatan konstan dimana IMO menetapkan
kecepatan angin sama dengan 26 m/detik sebagai standar
untuk kriteria cuaca. ϕ adalah sudut kemiringan kapal akibat
0
momen pengganggu angin dengan kecepatan konstan, ϕ adalah
1
sudut oleng kapal akibat gelombang dan angin yang bekerja
secara bersamaan dan lw adalah lengan momen pengganggu
2
akibat fuktuasi kecepatan angin. ϕ dan ϕ masing-masing Gambar 2. Penentuan koefisien efektif slope gelombang
c
2
adalah sudut kemiringan kapal dimana bukaan yang ada di IMO (IMO, 2008)
geladak sudah menyentuh permukaan air (downflooding
angle) dan sudut kemiringan kapal dimana lengan pengembali
sama dengan nol dengan mempertimbangkan lengan momen
pengganggu (angle of vanishing stability). Besarnya sudut Untuk kapal-kapal yang beroperasi di Perairan Indonesia,
kemiringan akibat momen angin dan gelombang yang bekerja koefsien efektif slope gelombang dapat diestimasi dengan
secara bersamaan diestimasi dengan menggunakan formula metode yang sama dengan yang dipakai oleh Watanabe
yang diusulkan oleh Jepang dan Rusia. (1938) yaitu dengan mengintegralkan tekanan gelombang
terhadap badan kapal yang ada di bawah permukaan air
pada kondisi air tenang atau dengan menggunakan teori
strip dengan mengabaikan pengaruh difraksi gelombang.
Karena persamaan untuk menentukan sudut oleng akibat
angin dan gelombang diformulasikan pada kondisi resonansi
Konstanta 109 pada persamaan di atas adalah faktor keselamatan
yang ditentukan berdasarkan hasil pengujian model fsik maka estimasi koefsien efektif slope gelombang juga harus
58 kapal Jepangdari total 8.825 kapal berbendera Jepang dilakukan pada frekwensi resonansi dimana frekwensi gelombang
dengan ukuran lebih besar dari 100 GT (Jepang, 1982).Nilai sama dengan frekwensi natural oleng kapal.
ini tidak mewakili kapal dengan tonasse kurang dari 100 Parameter gelombang yang dijadikan variable dalam
GT yang mana merupakan kapal yang banyak beroperasi penentuan sudut oleng kapal akibat gelombang dan angin
di Perairan Indonesia.Faktor k, X dan X adalah faktor yang
1 2 yang bekerja secara bersamaan adalah kelandaian gelombang
tergantung pada karakteristik geometri kapal sedangkan r dan (wave slope).Kelandaian gelombang yang diberikan oleh IMO
s masing-masing adalah koefsien efektif slope gelombang adalah kelandaian gelombang berdasarkan kecepatan angin
(effective wave slope coefficient) dan kecuraman gelombang (Sverdrup dan Munk, 1947) dimana gelombang diasumsikan
(wave stipness).
ditimbulkan oleh angin yang berhembus di perairan dengan
jarak jangkauan, interval waktu dan kecepatan tertentu.Pada
Koefsien efektif slope gelombang sangat tergantung pada
panjang gelombang dan lebar kapal. Ketika panjang gelombang lokasi perairan tertentu, kelandaian gelombang dapat berbeda
lebih kecil dari lebar kapal maka koefsien efektif slope apabila kecepatan angin yang menyebabkan terjadinya
gelombang samadengan nol. IMO menggunakan parameter gelombang juga berbeda. Begitu juga, kecepatan angin yang
jarak titik berat terhadap permukaan air tenang dan sarat sama akan menyebabkan perbedaan kelandaian gelombang
kapal untuk mengestimasi koefsien efektif slope gelombang pada lokasi berairan serta durasi waktu angin yang berbeda.
seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Kelandaian gelombang yang dipakai pada kriteria cuaca IMO






Jurnal Teknik BKI 33
Edisi 01- Juni 2014
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38